Menjaring Kehidupan di Kali Bian, Merauke
Seorang pemuda sedang melepas ikan kakap putih hasil tangkapan jaring/Istimewa. |
Selil -- Kemarau dan kekeringan tak semata berarti petaka, tersisa
ruang bagi tumbuhnya harapan dan sukacita.
Masyarakat Selil, pun masyarakat lainnya yang bermukim di
sepanjang sisi sungai/kali Bian, Merauke, Papua Selatan melihat dari sisi yang
berbeda. Musim kemarau (kisaran Juli-November) berarti rawa kering dan permukaan air
surut hingga kedalaman kurang lebih dua meter dari bibir sungai, ini berarti
musim ikan dan cakar ayam telah tiba.
Lanskap kawasan Suaka Margasatwa Danau Bian didominasi oleh
hutan gambut, areal rawa dan sungai. Saat musim hujan, permukaan air naik dan merendam
areal rawa, hutan hingga pepohonan pada kisaran satu meter dari permukaan
tanah.
Ini memberi ruang jelajah dan mencari makan yang luas bagi berbagai jenis ikan yang ada di sungai, aktivitas menjaring terhambat dan masyarakat perlu mengeluarkan usaha yang lebih besar untuk mendapatkan ikan.
Sebalikya, saat kemarau, ikan terkonsentrasi di areal sungai
sehingga cukup mudah didapatkan. Aktivitas menanangkap ikan untuk dijual dilakukan
dengan menggunakan alat tangkap berupa jaring yang membutuhkan tenaga lebih dan
keterampilan sehingga umumnya dikerjakan oleh laki-laki. Aktivitas berburu dilakukan pada
jam enam hingga jam delapan pagi, kemudian mengecek jaring lalu membawa hasil buruan dan hasil menjaring ikan ke
tempat pengepul/pembeli untuk dijual.
Pemandangan udara Kampung Selil, Ulilin, Merauke yang berbatasan langsung dengan sungai, rawa dan hutan dalam kawasan S.M. Danau Bian/Istimewa. |
Sementara untuk keperluan konsumsi keluarga, seringkali
dipenuhi dari hasil pancing oleh ibu-ibu di pinggir rawa atau sungai secara
berkelompok pada siang hingga sore hari.
Jenis ikan yang paling umum ditemui adalah mujair (Oreochromis mossambicus), kakap putih (Lates calcariver), gabus (Channa striata) dan beberapa ikan spesifik seperti ikan sumpit (Toxotes jaculatrix) dan ikan arwana (Scleropages formosus).
Ikan mujair dan kakap putih adalah yang paling banyak ditangkap karena mudahnya mendapatkan jaring tangkap yang sesuai. Selain itu karena sebarannya yang lebih banyak.
Musim kemarau juga berarti musim berburu tumbuhan cakar ayam atau tunjuk langit (Helminthostachys zeylanica) di areal rawa yang sedang kering. Saat rawa mulai kering, masyarakat akan membakar rerumputan, dua hingga tiga minggu kemudian tunas tumbuhan cakar ayam akan keluar sehinnga mudah ditemukan.
Sebetulnya, yang dicari dari tumbuhan ini adalah bagian rimpang/akar, masyarakat tak jarang juga menyebutnya dengan ginseng Papua karena bentuknya yang menyerupai akar ginseng. Bagian ini yang akan diambil, dicuci dan dikeringkan sebelum dijual kepada pengepul.
